Fauzani Agitya Cahyantoro
09301244012
Refleksi kali ini diawali dengan
menuliskan 10 pertanyaan secara spontan kepada bapak Marsigit. Pertanyaan
kemudian dikumpulkan lalu dibaca oleh Bapak Marsigit satu persatu. Pertanyaan
pertama dari saudari Mira tentang hal ikhwal ikhlas. Jawabannya, ikhlas dapat
menembus ruang dan waktu, ikhlas termasuk ke dalam spiritual pondasionalism.
Ikhlas dapat berarti luas yang meliputi sabar, tawakal, pengendalian diri dan lain-lain.
Seorang
spiritualis berkata,”Aku sedang menyaksikan hiruk pikuk orang berlalu
lalang,tidak lebih nya mereka adalah mayat2 hidup yg berjalan”.
Orang
yang sedang bersamanya menjawab,”Kenapaengkau bisa menyimpulkan seperti itu
wahai Spiritualis?”
Spiritualispun
menjawab,”Karena melihat sebagian dari mereka itu tiadalah doa didalam hati.”
Menurut
kaum spiritualis jika engkau semenitpun tidak berdoa maka engkau seperti mayat
hidup. jadikanlah doamu itu selalu kontinu dalam keadaan apapun. berfilsafat itu
pola pikir, deajatnya lebih rendah dari spiritualis.
Seorang
fisuf berkata,”Aku sedang menyaksikan hiruk pikuk orang berlalu-lalang, akan
tetapi sebagian mereka itu tidak lebihnya sepeti mayat2 yang hidup,
seorang
yang bersamanya bertanya,”kenapa engkau bisa menyimpulkan seperti itu wahai
Filsuf?”
Filsufpun
menjawab,”Karena sebagian dari mereka itu sebenar2nya tidak berfikir.”
Ruang
itu dapat dimisalkan sebagai dimensi satu, dimensi dua, dimensi tiga seperti di
dalam matematika. Dimensi, material, formal, normatif, dan spritual juga adalah
ruang. Tua muda, suami istri juga merupakan ruang. Maka yang ada dan yang
mungkin ada mempunyai dimensi ruang. Berfilsafat itu harus mempunyai
ketrampilan menembus ruang-ruang yang ada kalau tidak fisikku maka formalku.
Jika dalam menembus, dikenalnya diri di kampung adalah formal. Waktu ada tiga
macam menurut Kant, yaitu waktu kerurutan, berkelanjutan dan bersatuan. Untuk
bisa memahami ruang kita gunakan waktu, untuk bisa memahami waktu kita gunakan
ruang.
Secara
normatif bagaimana kita menembus ruang dan waktu? Ada metodologinya, yaitu:
pemahaman kita akan fenomenologi (didalamnya memuat ruang dan waktu) dan
pemahaman fondalisme atau anti fondalisme (intuisi). Femonolgi tokohnya
Husserl, di dalam femonolgi apapun nantinya diterapkan dalam matematika karena
hubungannya sangat dekat. Di dalam femonologi tersebut ada dua macam:
idealisasi dan abstraksi. Idealisasi adalah menganggap sempurna sifat yang ada, karena di dunia ini
tidak ada yang sempurna. Abstraksi adalah kodrat, dipilih atau memilih, atau
kegiatan mereduksi (reduksionisme). Hakekatnya manusia itu reduksionis, dimana
kita akan mati saja sudah ditentukan. Lahir dan mati bagaikan fungsi
korespodensi satu-satu, manusia yang lahir pasti akan mati. Tidak ada manusia
yang lahir sekali tapi dalam hidupnya bisa mati sampai lima kali. Hidup juga
kontradiksi, karena pada saat kita bersifat reduksi maka disaat yang sama kita
bersifat melengkapi. Manusia berusaha untuk melengkapi hidupnya, ilmunya,
keluarganya, inilah sebenar-benarnya kita bersifat kontradiksi.
Seseorang
atau makhluk bisa menembus ruang dan waktu sangatlah hebat. Jika berpikir
filsafat maka profesional yaitu cirinya lebih spesifik dan rinci serta dapat
diberikan contohnya. Menembus ruang dan waktu tidak ada subjeknya maka apabila
kita beri siapa yang akan menembus ruang dan waktu maka akan menjadi lebih
rinci lagi. Ternyata manusia mempunyai dimensi yang lengkap, yaitu dimensi
material, formal, normatif dan spritual. Dan karakter menembus ruang dan waktu ternyata
mempunyai karakter yang berbeda, secara material misalnya kita terjun payung
maka kita berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, secara
formal misalnya kenaikan pngkat, secara normatif misalnya pikiranku bisa
menembus ruang dan waktu dengan sekejap pikiranku bisa sampai dengan cepat di
London, Tokyo dsb, apalagi secara spritual karena hukumnya doa lebih cepat dari
pikiran. Menembus ruang dan wktu adalah apa dan siapa apakah dengan sadar atau
tidak sadar.
Sebab
dari segala sebab bagi orang yang percaya dan beragama itu Tuhan. dalam
filsafat disebut Kausa Prima,
(menurut : Aristoteles) maka orang beragama itu merupakan kaum pondasionalism
yg hidupnya berdasarkan sebab awal. maka perjanjian adalah merupakan pondasion,
ijab qobul juga merupakan suatu pondasion. Apakah ada yg tidak menggunakan
pondasion? Ada misalnya intuisi, sejak kapan anda dapat membedakan besar kecil?
Kalau anda tidak dapat membedakannya berarti anda bukan merupakan golongan
intuisionism. Sejak kapan kau bisa membedakan laki-laki perempuan? maka, banyak
sekali sampai tak terhingga anda tidak dapat mengetahui awal permukaannya,
itulah yang dinamakan intuisionism.
Dua hal filsafat oportunitisme dan
perfeksionisme yang memberikan dampak kurang baik bagi lingkungan sekitar akan
menimbulkan pemikiran filsafat yang hedonis dengan syarat utama faktor ekonomi
sebagai rajanya. Oportunis dalam mencapai ke puncak kemapanan ekonominya.
Begitu pula perfeksionis dalam mencapai ke puncak kemapanan ekonominya. Bagi
saya pola pemikiran hedonisme adalah tentang sebuah konsumsi akan kebutuhannya
setelah melakukan oportunis dan perfeksionis kemapanan ekonominya tercapai. Hal
itu menimbulkan berbagai pola pemikiran yang tiada henti. Bisa saja disebut
nafsu.
Akan tetapi suatu saat kekontinuan pola
konsumtif dalam filsafat hedonisme dapat terhenti melalui sebuah prosesi ilmu
pengetahuan. Dimana pada masanya terbukti bahwa jaman dimana ilmu pengetahuan
menjadi raja juga pernah terjadi. Dan pada masa sekarang, hal itu sudah
mengalami perubahan dalam hal-hal tertentu.
Sebuah tanda ini memunculkan intisari akan
sebuah keabsolutan spiritualisme sebagai hal yang seharusnya dinilai melebihi
transeden yang tercipta. Sebuah kemantapan tujuan hidup akan bergantung kepada
dimana dia ditanam. Dan semoga saya menemukan sesuai tujuan saya tertanam
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar