Fauzani Agitya
Cahyantoro
09301244012
Aliran-aliran dalam filsafat dapat
tereduksi menurut sisi pola pikir orang yang berbeda-beda. Ada filsafat
perfeksionisme, oportunitisme, dualisme, monoisme, hedonisme, theologi, dan
masih banyak lagi. Filsafat dapat mengawali berbagai bidang ilmu pengetahuan
seperti filsafat matematika, filsafat pendidikan, filsafat ekonomi
dan-lain-lain. Semua pola pikir yang terfikir oleh kita dapat dijadikan menjadi
filsafat dengan refleksi sebagai akhirannya. Kita bebas meilih aliran filsafat
sesuai dengan apa yang ada di pola pikir kita.
Pola fikir dalam filsafat biasanya dapat
disebut dengan akhiran isme dibelakangnya. Akan tetapi menurut saya, jarang
sekali orang menerapkan secara penuh aliran filsafat itu digunakannya.
Sedikitnya pasti ada aliran lain yang ikut mencampur ke dalam aliran
filsafatnya sendiri. Saya tergerak untuk membahas pola filsafat oportunisme,
perfeksionisme, dan hedonisme.
Pola fikir oportunis mungkin dapat dibagi
menjadi dua menurut sifatnya, yaitu oportunis dalam menggunakan segala
kemungkinan tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya dan oportunis dalam
menggunakan segala kemungkinan dengan memperhatikan sekitarnya. Akibatnya,
pemikiran oportunis tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya dapat sangat
merugikan orang lain dan diri sendiri. Sebaliknya, pemikiran oportunis dengan
memperhatikan lingkungan sekitarnya akan memiliki dampak paling tidak untuk
orang disekitarnya. Oportunisme dalam pemikiran dapat menyebabkan munculnya
pemikiran perfeksionis dengan alasan-alasan tertentu. Apabila faktor-faktor
kemungkinan dalam oportunisme sudah dapat diterka secara analitis maka akan
timbul sifat pola perfeksionisme dalam pemikirannya. Perfeksionisme sendiri
dapat dibagi menjadi dua bagian menurut salah satu pemikiran saya, yaitu
perfeksionisme yang berjalan untuk dirinya sendiri dan memberikan dampaknya
kepada orang lain kemudian perfeksionisme yang hanya memberikan dampak kepada
orang lain tanpa melihat dirinya sendiri.
Oleh karena itu, dua hal filsafat
oportunitisme dan perfeksionisme yang memberikan dampak kurang baik bagi
lingkungan sekitar akan menimbulkan pemikiran filsafat yang hedonis dengan
syarat utama faktor ekonomi sebagai rajanya. Oportunis dalam mencapai ke puncak
kemapanan ekonominya. Begitu pula perfeksionis dalam mencapai ke puncak
kemapanan ekonominya. Bagi saya pola pemikiran hedonisme adalah tentang sebuah
konsumsi akan kebutuhannya setelah melakukan oportunis dan perfeksionis
kemapanan ekonominya tercapai. Hal itu menimbulkan berbagai pola pemikiran yang
tiada henti. Bisa saja disebut nafsu.
Akan tetapi suatu saat kekontinuan pola
konsumtif dalam filsafat hedonisme dapat terhenti melalui sebuah prosesi ilmu
pengetahuan. Dimana pada masanya terbukti bahwa jaman dimana ilmu pengetahuan
menjadi raja juga pernah terjadi. Dan pada masa sekarang, hal itu sudah
mengalami perubahan dalam hal-hal tertentu.
Sebuah tanda ini memunculkan intisari akan
sebuah keabsolutan spiritualisme sebagai hal yang seharusnya dinilai melebihi
transeden yang tercipta. Sebuah kemantapan tujuan hidup akan bergantung kepada
dimana dia ditanam. Dan semoga saya menemukan sesuai tujuan saya tertanam
sebelumnya.
Pertanyaan :
jikasebuahkesimpulandapat di
ambildarisebuahpemikirandalamfilsafatsetelahmengalamiperdebatanpanjangdanberhentipadasatutitik.
Apakahsetiapkesimpulan yang hanyaberorientasipada “takterbantahkan”
ituakanselalumenjadikeputusan yang final?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar