Fauzani Agitya Cahyantoro
09301244012
Ruang
itu dapat dimisalkan sebagai dimensi satu, dimensi dua, dimensi tiga seperti di
dalam matematika. Dimensi, material, formal, normatif, dan spritual juga adalah
ruang. Tua muda, suami istri juga merupakan ruang. Maka yang ada dan yang
mungkin ada mempunyai dimensi ruang. Berfilsafat itu harus mempunyai
ketrampilan menembus ruang-ruang yang ada kalau tidak fisikku maka formalku.
Jika dalam menembus, dikenalnya diri di kampung adalah formal. Waktu ada tiga
macam menurut Kant, yaitu waktu kerurutan, berkelanjutan dan bersatuan. Untuk
bisa memahami ruang kita gunakan waktu, untuk bisa memahami waktu kita gunakan
ruang.
Secara
normatif bagaimana kita menembus ruang dan waktu? Ada metodologinya, yaitu:
pemahaman kita akan fenomenologi (didalamnya memuat ruang dan waktu) dan
pemahaman fondalisme atau anti fondalisme (intuisi). Femonolgi tokohnya
Husserl, di dalam femonolgi apapun nantinya diterapkan dalam matematika karena
hubungannya sangat dekat. Di dalam femonologi tersebut ada dua macam:
idealisasi dan abstraksi. Idealisasi adalah menganggap sempurna sifat yang ada, karena di dunia ini
tidak ada yang sempurna. Abstraksi adalah kodrat, dipilih atau memilih, atau
kegiatan mereduksi (reduksionisme). Hakekatnya manusia itu reduksionis, dimana
kita akan mati saja sudah ditentukan. Lahir dan mati bagaikan fungsi
korespodensi satu-satu, manusia yang lahir pasti akan mati. Tidak ada manusia
yang lahir sekali tapi dalam hidupnya bisa mati sampai lima kali. Hidup juga
kontradiksi, karena pada saat kita bersifat reduksi maka disaat yang sama kita
bersifat melengkapi. Manusia berusaha untuk melengkapi hidupnya, ilmunya,
keluarganya, inilah sebenar-benarnya kita bersifat kontradiksi.
Husserl
merasa untuk membuat rumah yang dinamakan rumah epoke. Ialah rumah untuk tempat
bagi semua yang tidak aku pikirkan, di penjarakan di dalam rumah ini. Inilah
filsafat, terdapat rumah pikiran bukan secara formal. Jadi yang tidak
dipikirkan itu adalah sulit, karena apa yang kita bicarakan maka menjadi subjek
yang kita pikirkan dan tidak bisa disimpan dalam epoke. Yang bisa dimpan di
epoke adalah yang tidak kita pikirkan atau kita abaikan. Manusia tidak bebas
dari idealisasi dan abstraksi karena tanpa keduanya manusia tidak akan bisa
hdup. Ketika kita berdoa maka pusatkan pikiran kita. Penggunaan epoke terdapat
material formal yang ada yang diperlukan. Jika kita ingin membangun matematika,
kita harus melengkapi ilmu-ilmu yang lain. Jika kita belajar segitiga hanya
fokus terhadap bentuk dan pikiran. Maka yang kita pelajari adalah yang ada dann
yang mungkin ada. Kita terapkan rumah epoke kedalam kehidupan sehari-hari,
cowok cewek berteman dan kemudian jadian, sesaat setelahnya sudah harus
pandai-pandai untuk memasukkan ketertarikan dengan yang lainnya ke dalam rumah
epoke. Istrimu adalah dirimu yang lain, suamimu adalah dirimu yg lain. Supaya
kita terampil menembus ruang dan waktu, maka kita perlu pintar-pintar untuk
menggunakan rumah epoke.
Seseorang
atau makhluk bisa menembus ruang dan waktu sangatlah hebat. Jika berpikir
filsafat maka profesional yaitu cirinya lebih spesifik dan rinci serta dapat
diberikan contohnya. Menembus ruang dan waktu tidak ada subjeknya maka apabila
kita beri siapa yang akan menembus ruang dan waktu maka akan menjadi lebih
rinci lagi. Ternyata manusia mempunyai dimensi yang lengkap, yaitu dimensi
material, formal, normatif dan spritual. Dan karakter menembus ruang dan waktu
ternyata mempunyai karakter yang berbeda, secara material misalnya kita terjun
payung maka kita berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah,
secara formal misalnya kenaikan pngkat, secara normatif misalnya pikiranku bisa
menembus ruang dan waktu dengan sekejap pikiranku bisa sampai dengan cepat di
London, Tokyo dsb, apalagi secara spritual karena hukumnya doa lebih cepat dari
pikiran. Menembus ruang dan wktu adalah apa dan siapa apakah dengan sadar atau
tidak sadar.
Pengertian,
the fondasionalism dan anti fondasionalism. Contoh yang paling penting dalam
matematika adalah kaum formalism (Hilbert). Barang siapa yang menetetapkan
permulaan percaya adanya permulaan, maka dia adalah kaum pondasionalism, karena
percaya akan adanya kausa prima. Sebab dari segala sebab adalah kausa prima
bagi seorang spiritualis. Membangun rumah tangga dengan pondasi ijab qobul.
Kesombongan dari sebuah fondasionalism dapat membuat orang menjadi berantakan.
Dalam matematika terdapat suatu pondasionalism, karena di dalam matematika
terdapat suatu definisi.
Sejak
kapan kita bisa membedakan antara tinggi dan rendah, sejak kapan kita bisa
membedakan antara jauh dan dekat. Itulah yang dinamakan intuisi. Kalo anda
tidak bisa menentukan suatu permulaan, itulah juga intuisi. Tidak perlu kita
membicarakan definisi mengenai jauh atau dekat. Manusia mempunyai kemampuan
qualitatif dan quantitatif. Banyak sekali penggunaan matematika yang diajarkan
secara formal menurut fondasionalism, sehingga merusak intuisi matematika. Maka
kita sebagai calon guru di harapkan untuk bisa mengantarkan kembali
intuisi-intuisi yang ada kepada murid-murid kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar