Minggu, 20 Januari 2013

Spiritualis sebagai pembatas (Perfeksionis, Oportunis dan Hedonis)


Fauzani Agitya Cahyantoro
09301244012

Aliran-aliran dalam filsafat dapat tereduksi menurut sisi pola pikir orang yang berbeda-beda. Ada filsafat perfeksionisme, oportunitisme, dualisme, monoisme, hedonisme, theologi, dan masih banyak lagi. Filsafat dapat mengawali berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat matematika, filsafat pendidikan, filsafat ekonomi dan-lain-lain. Semua pola pikir yang terfikir oleh kita dapat dijadikan menjadi filsafat dengan refleksi sebagai akhirannya. Kita bebas meilih aliran filsafat sesuai dengan apa yang ada di pola pikir kita.
Pola fikir dalam filsafat biasanya dapat disebut dengan akhiran isme dibelakangnya. Akan tetapi menurut saya, jarang sekali orang menerapkan secara penuh aliran filsafat itu digunakannya. Sedikitnya pasti ada aliran lain yang ikut mencampur ke dalam aliran filsafatnya sendiri. Saya tergerak untuk membahas pola filsafat oportunisme, perfeksionisme, dan hedonisme.
Pola fikir oportunis mungkin dapat dibagi menjadi dua menurut sifatnya, yaitu oportunis dalam menggunakan segala kemungkinan tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya dan oportunis dalam menggunakan segala kemungkinan dengan memperhatikan sekitarnya. Akibatnya, pemikiran oportunis tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya dapat sangat merugikan orang lain dan diri sendiri. Sebaliknya, pemikiran oportunis dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya akan memiliki dampak paling tidak untuk orang disekitarnya. Oportunisme dalam pemikiran dapat menyebabkan munculnya pemikiran perfeksionis dengan alasan-alasan tertentu. Apabila faktor-faktor kemungkinan dalam oportunisme sudah dapat diterka secara analitis maka akan timbul sifat pola perfeksionisme dalam pemikirannya. Perfeksionisme sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian menurut salah satu pemikiran saya, yaitu perfeksionisme yang berjalan untuk dirinya sendiri dan memberikan dampaknya kepada orang lain kemudian perfeksionisme yang hanya memberikan dampak kepada orang lain tanpa melihat dirinya sendiri.
Oleh karena itu, dua hal filsafat oportunitisme dan perfeksionisme yang memberikan dampak kurang baik bagi lingkungan sekitar akan menimbulkan pemikiran filsafat yang hedonis dengan syarat utama faktor ekonomi sebagai rajanya. Oportunis dalam mencapai ke puncak kemapanan ekonominya. Begitu pula perfeksionis dalam mencapai ke puncak kemapanan ekonominya. Bagi saya pola pemikiran hedonisme adalah tentang sebuah konsumsi akan kebutuhannya setelah melakukan oportunis dan perfeksionis kemapanan ekonominya tercapai. Hal itu menimbulkan berbagai pola pemikiran yang tiada henti. Bisa saja disebut nafsu.
Akan tetapi suatu saat kekontinuan pola konsumtif dalam filsafat hedonisme dapat terhenti melalui sebuah prosesi ilmu pengetahuan. Dimana pada masanya terbukti bahwa jaman dimana ilmu pengetahuan menjadi raja juga pernah terjadi. Dan pada masa sekarang, hal itu sudah mengalami perubahan dalam hal-hal tertentu.
Sebuah tanda ini memunculkan intisari akan sebuah keabsolutan spiritualisme sebagai hal yang seharusnya dinilai melebihi transeden yang tercipta. Sebuah kemantapan tujuan hidup akan bergantung kepada dimana dia ditanam. Dan semoga saya menemukan sesuai tujuan saya tertanam sebelumnya.

Pertanyaan :
jikasebuahkesimpulandapat di ambildarisebuahpemikirandalamfilsafatsetelahmengalamiperdebatanpanjangdanberhentipadasatutitik. Apakahsetiapkesimpulan yang hanyaberorientasipada “takterbantahkan” ituakanselalumenjadikeputusan yang final?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar