By : Marsigit
Reviewed by : Fauzani Agitya Cahyantoro
Berdasarkan pada rapat menteri Pendidikan para anggota APEC ke-tiga yang diselenggarakan 29-30 April 2004 di Santiago tentang prioritas dalam aktivitas- jaringan-masa depan untuk tujuan stimulasi pembelajaran dibidang Matematika dan ilmu pengetahuan, maka dibuatlah suatu rancangan kegiatan oleh APEC yang bekerjasama dengan Tsukuba University of Japan dan Khon Kaen University of Thailand brupa kolaborasi studi untuk inovasi belajar mengajar Matematika dari berbagai kultur budaya yang berbeda. Kegiatan ini membahas mengenai ide dan cara berpikir Matematika yang mana penting bagi ilmu pengetahuan, teknologi, serta pertumbuhan dan perkembangan ekonomi terutama bagi anggota APEC.
Berpikir matematika (Ono Y, 2006), merupakan dasar untuk berbagai jenis pemikiran, dan dengan belajar matematika siswa dapat berpikir secara logis dan rasional. Matematika juga memiliki rentang yang sangat luas dalam aplikasinya termasuk fisika, statistik dan ekonomi. Dan dalam bidang-bidang yang berbeda pemikiran matematika dapat digunakan. Jika kita melihat kurikulum di berbagai negara, matematika diajarkan dari usia sangat muda. Itu karena semua negara menyadari betapa pentingnya matematika.
Di Australia, jika siswa untuk menjadi pemikir matematika yang baik, maka berpikir secara matematis perlu menjadi bagian penting dari pendidikan mereka. Selain itu, bagaimanapun siswa yang memiliki pemahaman tentang komponen berpikir matematis akan mampu menggunakan kemampuannya secara mandiri untuk memahami matematika yang mereka pelajari. Sebagaimana ditunjukkan oleh Kaye Stacey, berpikir matematis tidak hanya penting untuk memecahkan masalah matematika dan pembelajaran matematika.
Di Inggris, David Tall (2006) mengarah pada pandangan berpikir matematika jangka panjang , membangun kemampuan genetik dari pelajar dan belajar berturut-turut sebagai pengalaman selama waktu hidup. Dari sudut pandang Lesson Study, berpikir matematika harus dikembangkan melalui pelajaran. Biasanya, berpikir matematis didefinisikan oleh kurikulum yang tertanam dalam tujuan setiap pelajaran. Oleh karena itu, dalam kurikulum Jepang, berpikir matematis telah ditetapkan sejak tahun 1951 di sekolah menengah dan sejak 1953 di sekolah dasar dan menengah. Berpikir matematis berdasarkan sikap matematika, dilakukan dengan representasi matematika dan diperlukan pemahaman yang padu. Menteri Pendidikan Jepang merekomendasikan bahwa guru memiliki kewenangan mengambil keputusan untuk mengajar pelajaran berdasarkan kondisi pengamatan yang telah dikembangkan sendiri
Berpikir matematika berarti berpikir secara reflektif,menggunakan konsep matematika pada dunia yang ideal. Kita juga dapat berbagi ide-ide dan cara berpikir matematika yang diperlukan untuk ilmu pengetahuan, teknologi, pertumbuhan ekonomi dan pengembangan-pengembangan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar